Tugas 3 - Internet Addiction
Tugas Psikologi & Teknologi Internet
Faktor
Etiologi Internet Addiction dan
Dampak Internet Addiction
Nama : Vania Raissa Araminta
NPM : 17518199
Kelas : 2PA02
A. Pengertian Internet Addiction
Addiction
atau adiksi atau kecanduan adalah keadaan dimana seseorang memiliki dorongan
tak terkendali, sering disertai dengan hilangnya kontrol, keasyikan dengan
penggunaan, dan terus menggunakan meskipun menyebabkan masalah Penggunaan kata
adiksi sebenarnya lebih tepat digunakan pada kecanduan obat. Meskipun demikian,
definisi adiksi telah mengalami pergeseran arti dan mencakup sejumlah perilaku,
seperti judi berulang, bermain video game online, makan berlebihan, olahraga,
hubungan percintaan, dan menonton televisi (Young, 2017). Selama beberapa
dekade, muncul literatur yang mengembangkan arti adiksi internet dan telah
dilegitimasi. Internet addiction atau kecanduan internet adalah salah satu
gangguan kejiwaan yang ditandai dengan keasyikan yang berlebihan atau tidak
terkontrol, mendesak atau perilaku tentang penggunaan komputer dan akses
internet yang menyebabkan gangguan atau distres (Shaw & Black, 2008).
Young
(2010) menyebutkan bahwa adiksi internet didefinisikan sebagai ketidakmampuan
individu untuk mengontrol penggunaan internet, menghasilkan masalah berat dan
ketidaklengkapan kerja otak atau mental fungsional dalam kehidupan sehari-hari.
Kecanduan internet merupakan sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan
sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu
mengontrol penggunaanya saat online. Menurut Orzack (2004) kecanduan internet
merupakan suatu kondisi dimana individu merasa bahwa dunia maya dilayar
komputernya lebih menarik daripada kehidupan nyata sehari-hari yang
dijalaninya. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa adiksi internet merupakan penggunaan internet yang dilakukan
seseorang secara berlebihan sehingga ketergantungan untuk menggunakannya secara
terus-menerus tanpa memperhitungkan keadaan situasi dan kondisi yang sedang
dialaminya.
B. Faktor-Faktor
Etiologi
Faktor etiologi merupakan pembahasan tentang faktor-faktor penyebab bagaimana seorang individu dapat mengalami adiksi internet atau internet addiction. Faktor-faktor etiologi internet addiction terbagi menjadi :
Faktor etiologi merupakan pembahasan tentang faktor-faktor penyebab bagaimana seorang individu dapat mengalami adiksi internet atau internet addiction. Faktor-faktor etiologi internet addiction terbagi menjadi :
1. Cognitive-Behavioral
Model
Cognitive-Behavioral adalah emosional,
fisiologis, dan perilaku respon individu sebagai dimediasi oleh persepsi mereka
tentang pengalaman, yang dipengaruhi oleh keyakinan mereka dengan cara
karakteristik mereka berinteraksi dengan dunia, serta oleh pengalaman sendiri.
2. Neuropsychological
Model
Neuropsychology
adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi otak yang berkaitan
dengan suatu perilaku yang terjadi pada individu.
3. Compensation
Theory ( Teori Kompensasi )
Compensation atau
kompensasi adalah strategi dimana satu menutup, sadar atau tidak sadar,
kelemahan, frustasi, keinginan, atau perasaan tidak mampu atau ketidakmapuan
dalam suatu bidang kehidupan melalui grafikasi. Kompensasi positif dapat
membantu seseorang untuk mengatasi kesulitan seseorang, sedangkan kompensasi
negatif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Overcompensation ditandai dengan gol keunggulan, menyebabkan berjuang untuk kekuasaan, dominasi, harga diri dan self-devaluation.
b. Undercompensation yang mencakup permintaan untuk bantuan, menyebabkan kurangnya keberanian dan rasa takut untuk hidup.
4. Situational
Factor ( Faktor Situasi )
Faktor
situasi adalah faktor dimana seseorang berada dalam kondisi yang mendorong ia
untuk melakukan sesuatu yang diinginkan, seperti teman sebaya. Hal ini biasanya
terjadi ketika seseorang secara sadar atau tidak dipaksa untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kelompoknya atau kata lain ia
mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tersebut.
C. Dampak
Internet Addiction
Dampak dari internet addiction dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori (Young, 1996) :
Dampak dari internet addiction dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori (Young, 1996) :
a. Akademik, pelajar menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas, belajar untuk
menghadapi ujian, dan kurang tidur akibat penggunaan internet yang berlebihan
di malam hari. Selain itu, penggunaan internet berlebihan pada pelajar
menyebabkan menurunnya prestasi bahkan dikeluarkan dari sekolah.
b. Hubungan interpersonal seperti pernikahan, hubungan orang tua dengan anak, dan hubungan yang sangat dekat juga dapat terganggu akibat penggunaan internet berlebihan. Seseorang dengan internet addiction secara bertahap akan mengurangi waktu untuk bersosialisasi di dunia nyata. Pada ibu rumah tangga dijumpai adanya kelalaian dalam menjaga anaknya.
c. Finansial, masalah finansial dijumpai akibat biaya penggunaan internet yang berlebihan tetapi sekarang dengan adanya penurunan tarif online menyebabkan pengguna dapat bebas menggunakan internet tanpa harus memikirkan biaya yang dikeluarkan.
d. Pekerjaan, pekerja cenderung menggunakan jasa internet perusahaan untuk mengakses kebutuhan pribadi pada saat jam kerja. Hal ini menyebabkan para pekerja tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
e. Fisik, pengguna internet cenderung menjadi kurang tidur sehingga menyebabkan keletihan yang berlebihan dan menurunkan imun pengguna internet. Penggunaan internet berlebihan juga meningkatkan risiko terjadinya keletihan mata, nyeri pinggang, dan carpal tunnel syndrome.
b. Hubungan interpersonal seperti pernikahan, hubungan orang tua dengan anak, dan hubungan yang sangat dekat juga dapat terganggu akibat penggunaan internet berlebihan. Seseorang dengan internet addiction secara bertahap akan mengurangi waktu untuk bersosialisasi di dunia nyata. Pada ibu rumah tangga dijumpai adanya kelalaian dalam menjaga anaknya.
c. Finansial, masalah finansial dijumpai akibat biaya penggunaan internet yang berlebihan tetapi sekarang dengan adanya penurunan tarif online menyebabkan pengguna dapat bebas menggunakan internet tanpa harus memikirkan biaya yang dikeluarkan.
d. Pekerjaan, pekerja cenderung menggunakan jasa internet perusahaan untuk mengakses kebutuhan pribadi pada saat jam kerja. Hal ini menyebabkan para pekerja tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
e. Fisik, pengguna internet cenderung menjadi kurang tidur sehingga menyebabkan keletihan yang berlebihan dan menurunkan imun pengguna internet. Penggunaan internet berlebihan juga meningkatkan risiko terjadinya keletihan mata, nyeri pinggang, dan carpal tunnel syndrome.
Berlama-lama
online internet dapat membuat seseorang lupa waktu sehingga melalaikan jam
tidur. Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus-menerus akan menjadikan
seseorang kecanduan, sehingga timbullah gangguan pola tidur yang semakin parah
yang berakibat pada insomnia. Soetjipto (2007) mengemukakan bahwa gejala-gejala
fisik dan psikis dari kecanduan internet sama dengan berbagai penyakit
ketergantungan lainnya. Umumnya, penderita menjadi jarang tidur, mengalami
gangguan penglihatan, gangguan tidur (insomnia) dan terkena depresi. Biasanya,
para pecandu internet mengalami gangguan tidur karena terlalu banyak
menghabiskan waktu online, kurang istirahat dan kesehatan fisik yang menurun.
Pada
remaja, kecanduan internet telah dilaporkan signifikan dengan depresi dan
insomnia (Cheung dan Wong, 2011). Hasil penelitian Ebrahimi. A, dan Sadeghi. Z,
(2011) mengemukakan bahwa remaja dengan internet addiction mempunyai masalah
yang signifikan dengan kesehatan mental dan gejala somatik, kecemasan,
insomnia, disfungsi sosial, dan mengalami depresi berat. Dewi, Noviana (2011)
dalam hasil penelitiannya mengemukakan hasil koefisien korelasi antara
kecanduan internet dengan insomnia menunjukkan hubungan yang kuat.
Berdasarkan
penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa gejala internet addiction
meliputi merasa keasyikan dengan internet, menghabiskan banyak waktu dan uang
untuk mengakses internet, tidak mampu mengontrol penggunaan internet, mengalami
gangguan emosi (gelisah, cemas, depresi, cepat marah), kehilangan teman dan
pekerjaan atau pendidikan, berbohong pada teman dan keluarga mengenai pemakaian
internet, menjadikan internet sebagai tempat melarikan diri dari masalah,
mengalami gangguan tidur (insomnia), merasa bersalah dan menyesal setelah
menggunakan internet, mengalami penarikan diri.
D. Contoh Kasus Internet Addiction
Danny Reagan merupakan seorang remaja berumur
16 tahun yang berasal dari Amerika Serikat. Danny sempat menunjukkan
tanda-tanda yang kerap diasosiasikan oleh para dokter sebagai efek kecanduan
narkoba. Danny, yang saat itu masih berusia 13 tahun, pernah mempunyai rasa
cemas yang berlebih, tertutup, dan menjauh dari teman-temannya. Danny bahkan
berhenti mengerjakan tugas sekolah, tidak mandi, dan keluar dari kegiatan pramuka.
Walaupun Danny menunjukkan ciri-ciri
adiksi, namun Danny tidak kecanduan narkoba, melainkan kecanduan internet. Danny
sudah terikat dengan YouTube dan video game online sampai ke
titik dimana ia sudah tidak ingin melakukan hal-hal lainnya. Para dokter juga
melihat bahwa gadget (handphone, laptop) yang dimiliki dan
dipegang Danny sudah menjadi candu baginya. “Setelah saya memiliki konsol (game
online), saya seperti jatuh cinta padanya. Saya suka untuk menyingkirkan
segala hal dan bersantai saja,” kata Danny.
Setelah sempat gagal untuk membuatnya
berjanji dalam membatasi penggunaan internet, orang tuanya mendatangi Lindner
Center for Hope yang berada di Mason, Ohio, Amerika Serikat. Tempat semacam
klinik tersebut memiliki program 'Reboot' yang memberikan pengobatan
untuk remaja berusia 11-17 tahun dengan keluhan seperti Danny, yaitu ketagihan
terhadap internet. Tak cuma game online dan YouTube, pornografi hingga sexting
juga menjadi masalah di tempat tersebut. Diketahui, ketagihannya Danny terhadap
internet merupakan usahanya untuk meredakan sejumlah penyakit yang dideritanya.
Danny didiagnosis menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) dan Anxiety Disorder saat usianya masih di bawah 7 tahun.
Pasien program 'Reboot' seperti
Danny akan menghabiskan 28 hari di tempat terapi itu. Di sana, mereka menjalani
sejumlah tes kesehatan sekaligus belajar untuk membatasi penggunaan internet. Chris
Tuell, pencetus program tersebut, mengatakan bahwa internet memiliki kesamaan
dengan alkohol dan narkoba dalam memengaruhi otak. Walau belum secara resmi
dikultuskan sebagai hal yang menyebabkan candu bagi penggunanya, internet bisa
memicu otak untuk melepaskan zat kimia seperti endorfin dan membuat user merasa
senang menggunakannya. Walau begitu, sembuh dari kecanduan internet berbeda
dengan melepas ketergantungan terhadap narkoba dan alkohol. Hal tersebut sudah
sulit dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari.
E. Tindakan Preventif pada Kasus Internet
Addiction
Tindakan preventif merupakan salah satu
upaya pengendalian sosial. Tindakan preventif sendiri mempunyai pengertian
upaya pencegahan sebelum konflik terjadi. Berdasarkan kasus di atas, maka tindakan
preventif yang dilakukan dapat secara diri sendiri maupun dari orang tua
(kepada anak). Tindakan preventif yang dapat dilakukan secara sendiri yaitu :
·
Selingi game dengan istirahat dan
aktivitas fisik
Membagi
waktu saat bermain game untuk beristirahat dan beraktivitas fisik
seperti berjalan, berlari kecil, lompat, dan lainnya setiap satu jam setelah bermain
game. Cara mengatasi kecanduan game online ini bisa memberi jeda
agar tidak terlalu larut dalam bermain game online. Selain itu cara ini
juga bisa membuat tubuh menjadi sehat dan bugar.
·
Hidupkan kehidupan sosialnya di dunia
nyata
Cara
mengatasi kecanduan game online bisa diatasi dengan menghidupkan
kehidupan sosial sendiri. Dengan mengajak teman sebaya untuk bermain bersama,
teman yang berada di dekat rumah (tetangga, saudara) atau teman di sekolah.
Akan tetapi, bermain di sini bukan bermain game online.
·
Cari tahu tentang impian dan masa depan
Dengan
mencari tahu apa yang menjadi impian di masa depan, pikiran dapat teralihkan
dari game dan mulai berpikir mengenai rencana jangka panjang karirnya. Seiring
berjalannya waktu, maka individu yang sudah fokus dengan hal lainnya akan lupa
dengan bermain game.
Sedangkan
tindakan preventif yang dapat dilakukan orang tua kepada anak yaitu :
1. Kurangi
dan batasi waktu anak bermain game online
Penting
sekali untuk menghitung berapa lama anak menghabiskan waktu di depan layar
untuk memainkan game. Orang tua dapat membuat kesepakatan dengan anak
tentang jumlah jam dalam sehari dan pada jam berapa saja ia bisa bermain.
Memasang alarm setiap anak mulai bermain game online juga dapat
mengurangi waktu anak bermain. Tetapkan aturan untuk berhenti bermain apabila
waktunya sudah habis. Jika perlu, orang tua membuat catatan durasi bermain
hingga satu minggu kemudian lihat total penggunaan waktu yang telah dihabiskan
anak dalam bermain game online saja.
2. Setiap
anak bisa menghindari game, beri ‘hadiah’ pada diri anak
Bila
anak bisa mengendalikan diri untuk berhenti pada waktu yang telah orang tua
tentukan, maka tidak ada salahnya jika orang tua memberikan apresiasi pada anak.
Misalnya, dengan memberikan makanan kesukaannya atau pergi ke tempat yang anak
sukai.
3. Simpan
gadget dan pasang kata sandi
Media
anak untuk memainkan game online adalah gadget. Maka
dari itu, sebaiknya gadget tidak diletakkan di tempat yang mudah
terjangkau. Orang tua harus menyimpannya di laci lemari terkunci. Hal Ini
menyulitkan anak untuk bermain gadget diam-diam. Selain itu, orang tua
dapat memasang kata sandi yang sulit ditebak anak supaya ia tidak bisa
mengaksesnya dengan mudah. Dengan cara ini, anak harus mendapatkan izin orang
tua terlebih dahulu sebelum memainkan game online.
4. Hindari
game online dengan tingkat kecanduan tinggi
Pada
era modern sekarang, semakin banyak jenis game online yang tersedia di
berbagai konsol game. Orang tua perlu mengetahui bahwa dari sekian
banyak jenis game online, beberapa di antaranya memiliki risiko tinggi
untuk kecanduan. Orang tua sebaiknya mencari tahu apa saja game online
yang berpeluang membuat kecanduan dan larang anak untuk memainkannya. Game
online jenis ini telah membuat anak-anak bahkan orang dewasa menjadi lupa
waktu.
5. Pilihkan
game online yang bisa dimainkan bersama keluarga
Cara
mengatasi kecanduan game online berikutnya adalah dengan memilihkan game
pada anak yang bisa dimainkan bersama keluarga. Cara ini bisa mencegahnya
dari larut dalam bermain game online hingga kecanduan. Bermain game bersama
keluarga tidak terlalu membuatnya begitu larut. Game online yang
dimainkan bersama keluarga akan membuat banyak orang yang akan selalu
mengingatkan tentang waktu bermain game. Selain itu, hal ini juga bisa
mempererat ikatan antar anggota keluarga.
6. Deteksi
dan dukung hobinya selain game
Temukan
hal yang menjadi hobi anak. Orang tua harus memberi dukungan kepada anak dengan
menumbuhkan atau kembangkan hobi tersebut. Setiap anak berbeda hobinya, mulai
dari musik dan seni sampai olahraga. Dukunglah hobi anak yang jauh dari konsol game
online. Lambat laun, anak akan mulai menjauh dari game online yang
biasa ia mainkan.
F.
Tindakan Intervensi pada Kasus Internet
Addiction
Apabila
kecanduan internet atau internet addiction sudah terlanjur terjadi
seperti kasus di atas, maka tindakan intervensi dan represif dapat dilakukan
pada kasus tersebut dengan :
1. Menghubungi
konselor atau menelepon nomor hotline
Ada
kemungkinan bahwa individu tidak yakin seberapa serius masalah yang dialaminya.
Bantuan profesional dari spesialis yang mendapat pelatihan dalam mengobati
kecanduan terhadap internet dalam banyak kasus bisa bermanfaat. Konselor bisa
membantu individu membuat rencana tindakan untuk mengurangi penggunaan
internet, meningkatkan partisipasi individu dalam aktivitas lain, dan memahami
kebiasaan atau motivasi yang menyebabkan individu menderita kecanduan terhadap
internet. Kelompok dukungan atau dokter mungkin bisa memberi individu rujukan
ke konselor.
Wawancara
motivasi dan terapi realitas adalah teknik-teknik yang digunakan konselor untuk
mengobati kecanduan terhadap inernet. Dalam metode-metode ini, konselor
memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka, mendengarkan secara reflektif, dan
menggunakan teknik-tenik lainnya untuk membantu individu lebih memahami masalah
yang dialami.
Jika
memiliki pertanyaan apapun mengenai kecanduan internet, atau perlu pertolongan
untuk menemukan perawatan untuk kecanduan di sekitar, biasanya ada lembaga
layanan masyarakat independen yang dapat membantu cara mengatasi kecanduan
internet yang dialami.
2. Menemui
terapis atau mencari pertolongan di tempat rehabilitasi
Jika
kualitas kehidupan individu sudah mulai terpengaruh, sebaiknya menemui seorang
profesional untuk mendapatkan pertolongan atau cara mengatasi kecanduan
internet. Walaupun kecanduan internet belum menjadi diagnosa resmi, namun ada
beberapa pendapat di kalangan medis bahwa hal tersebut merupakan suatu
penyimpangan yang dapat ditangani. Bekerja sama dengan profesional terlatih
akan membantu individu untuk melepaskan ketergantungan pada internet.
Walaupun
kecanduan internet tergolong penyimpangan psikologis, tidak seperti kecanduan
obat atau alkohol, namun sudah terdapat beberapa pusat rehabilitasi dimana
profesional terlatih dapat membantu membimbing individu ke arah gaya hidup yang
lebih sehat. Kecanduan internet cenderung dialami oleh anak–anak yang sering
bermain game online seperti kasus di atas, dengan besarnya pengaruh game
terhadap mental anak.
3. Mencari
kelompok dukungan
Sumber
baru bantuan kini bisa ditemukan di banyak lokasi. Kelompok dukungan untuk
pecandu internet bisa menyediakan pengertian, strategi untuk mengatasi masalah
tersebut, serta informasi tentang sumber bantuan tambahan. Cara mengatasi kecanduan
internet dengan terapis dan pusat rehabilitasi bisa memerlukan biaya yang cukup
mahal dan kemungkinan individu tidak memiliki dana untuk itu. Namun ada saja
bantuan yang bisa didapatkan, tergantung kepada kota atau wilayah tempat individu
tinggal untuk menemukan grup dukungan yang dapat dimasuki secara gratis.
4. Mengembangkan
hobi baru, mencari rutinitas dan kegiatan lain
Banyak
aktivitas yang bisa dilakukan selain bermain game online atau menulusuri
internet. Individu harus perbanyak kegiatan diluar rumah dan temukan minat baru,
misalnya berolahraga atau melukis dan menggambar, atau bahkan sekedar berkumpul
bersama keluarga serta teman-teman terdekat. Mencoba hobi atau aktivitas baru
yang menyenangkan dapat juga dilakukan bersama teman-teman untuk meningkatkan
sosialisasi di dunia nyata. Individu perlu menemukan penyaluran yang positif
untuk semua energi yang teralihkan dari aktivitas di internet. Semakin sibuk individu
menghabiskan waktu di kegiatan lain, maka waktu untuk terpaku pada internet pun
akan semakin minim.
REFERENSI